Kembali
Wahadi, Penari Rangde Yang Hobi Megambel
03 Oct 2019
·Oleh : Desaabiansemal
·150 kali dibaca
<div style="text-align: justify;">
Berawal dari gemar menonton program budaya serta memang tertarik akan hal-hal yang berbabau seni, I Gusti Ngurah Adi Nugraha ingin menjadi seorang seniman. Pemuda yang baru beranjak 15 tahun ini sudah terlihat memiliki bakat seni sejak masih duduk di bangku SD. Menjadi seorang yang bisa dikenal dan ikut terlibat di dalam kegiatan pelestarian kesenian di Bali adalah merupakan hal yang sangat diharapkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena keinginannya yang keras tersebut, teruna yang lahir di tahun 2002 ini mengambil banyak kegiatan di bidang seni, terutama seni tari dan kerawitan. Untuk seni tari dia belajar secara ortodidak, dari mulai melihat di televisi dan sampai ikut bergabung dengan sangar-sangar di daerah ubud. Semenjak memutuskan untuk bersekolah di SMKN 3 Sukawati yang meruapakan salah satu dari empat sekolah seni di Bali, bakatnya di seni kerawitan mulai terasah dan terarah. Dengan bantuan teman, bimbingan dari guru pengajar sering dan sering ikut didalam rombongan sangar kerawitan memotivasi dirinya untuk lebih giat berlatih.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut pemuda tersebut selain dari dirinya sendiri, suport dari keluarga sangat penting bagi dirinya, "keluarga sangat mendukung saya dan selalu memberikan semangat, walaupun terkadang dilarang juga". Pernah katanya ibunya sampai menangis karena takut ketika ia disuruh ngatur ayah di pura Banjar Kedampal, waktu itu pemuda yang sering disapa Gus Adi nyolahin rangde (memerankan sosok rangde), dan temenya sebagai Patih Maling Meguna bertugas untuk menusuk keris ke dadanya, pada awalnya ibu sempat marah dan melarang, namun setelah diberikan penjelasan dan ini karena atur ayah (kewajiban) ibunya jadi mengijinkan, imbuhnya sambil tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangakan untuk kerawitan sendiri, Gus Adi berlatih bersama sangar di banjarnya, melalui Wenera Egar ini dia ikut berbagai perlombaan, meskipun belum pernah menjadi yang terbaik di setiap lomba, dia merasa cukup senang, karena baginya ikut lomba adalah merupakan kesempatan melihat rival bertanding sehingga dapat memberikan semangat kedirinya untuk berlatih, apalagi sekarang pemerintah desa sangat giat di dalam kegiatan menjaga kelestarian seni dan budaya di desa Abiansemal, tambahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal senada juga disampaikan Ida Bagus Bhisma Wiratma SH selaku perbekel desa Abiansemal, "pihaknya akan terus mensuport baik melalui bantuan secara fisik maupun moril kepada pelaku seni di wilayah desa Abiansemal, salah satunya melalui ajang porseni yang diadakan setiap tahun".Tegasnya (KIM Berawal dari gemar menonton program budaya serta memang tertarik akan hal-hal yang berbabau seni, I Gusti Ngurah Adi Nugraha ingin menjadi seorang seniman. Pemuda yang baru beranjak 15 tahun ini sudah terlihat memiliki bakat seni sejak masih duduk di bangku SD. Menjadi seorang yang bisa dikenal dan ikut terlibat di dalam kegiatan pelestarian kesenian di Bali adalah merupakan hal yang sangat diharapkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena keinginannya yang keras tersebut, teruna yang lahir di tahun 2002 ini mengambil banyak kegiatan di bidang seni, terutama seni tari dan kerawitan. Untuk seni tari dia belajar secara ortodidak, dari mulai melihat di televisi dan sampai ikut bergabung dengan sangar-sangar di daerah ubud. Semenjak memutuskan untuk bersekolah di SMKN 3 Sukawati yang meruapakan salah satu dari empat sekolah seni di Bali, bakatnya di seni kerawitan mulai terasah dan terarah. Dengan bantuan teman, bimbingan dari guru pengajar sering dan sering ikut didalam rombongan sangar kerawitan memotivasi dirinya untuk lebih giat berlatih.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut pemuda tersebut selain dari dirinya sendiri, suport dari keluarga sangat penting bagi dirinya, "keluarga sangat mendukung saya dan selalu memberikan semangat, walaupun terkadang dilarang juga". Pernah katanya ibunya sampai menangis karena takut ketika ia disuruh ngatur ayah di pura Banjar Kedampal, waktu itu pemuda yang sering disapa Gus Adi nyolahin rangde (memerankan sosok rangde), dan temenya sebagai Patih Maling Meguna bertugas untuk menusuk keris ke dadanya, pada awalnya ibu sempat marah dan melarang, namun setelah diberikan penjelasan dan ini karena atur ayah (kewajiban) ibunya jadi mengijinkan, imbuhnya sambil tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangakan untuk kerawitan sendiri, Gus Adi berlatih bersama sangar di banjarnya, melalui Wenera Egar ini dia ikut berbagai perlombaan, meskipun belum pernah menjadi yang terbaik di setiap lomba, dia merasa cukup senang, karena baginya ikut lomba adalah merupakan kesempatan melihat rival bertanding sehingga dapat memberikan semangat kedirinya untuk berlatih, apalagi sekarang pemerintah desa sangat giat di dalam kegiatan menjaga kelestarian seni dan budaya di desa Abiansemal, tambahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal senada juga disampaikan Ida Bagus Bhisma Wiratma SH selaku perbekel desa Abiansemal, "pihaknya akan terus mensuport baik melalui bantuan secara fisik maupun moril kepada pelaku seni di wilayah desa Abiansemal, salah satunya melalui ajang porseni yang diadakan setiap tahun".Tegasnya (KIM </div>
Media (Foto atau Video)
03 Oct 2019
·Desaabiansemal
·150 kali dibaca
Berita Desa lainnya