<div> Abiansemal,(03/03/2019)</div> <div> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> Siang ini usai perjalanan dari Melasti, Ida Bhatara Sesuunan dan krama Desa Adat Abiansemal berbaris&nbsp; di depan Pura Desa Adat Abiansemal, guna akan dimulai upcara pecaruan&nbsp; sebelum Ida Bhatara &ldquo;Melinggih&rdquo; dipura. Rangkaian upacara tersebut meliputi Upacara Ngaturang Segehan Agung dan Penyambleh.</div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> Upakara ini dihaturkan berdampingan dengan api takep, kemudian buah kelapa yang dipecah menjadi lima, diletakkan mengikuti arah mata angin, kemudian anak ayam diputuskan lehernya sehingga darahnya menciprat keluar dan dioleskan pada kelapa yang telah dipecahkan tadi, telur kemudian dipecahkan, di&rdquo;ayabin&rdquo; kemudian ditutup dengan tetabuhan. Segehan artinya &ldquo;Suguh&rdquo; (menyuguhkan), dalam hal ini segehan di haturkan kepada para Bhutakala agar tidak mengganggu dan&nbsp; juga Ancangan Iringan Para Betara dan Betari, yang tak lain adalah akumulasi dari limbah/kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dalam kurun waktu tertentu.&nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Ni Made Swartini yang merupakan salah satu warga desa, upacara ini dilakukan saat budal dari pemelastian. Ngaturang Segehan Agung dan Penyamleh ini dilakukan untuk menetralisir dan menghilangkan pengaruh negative dari segala sesuatu yang buruk.(024/KIMABS)</div>
Penyambleh Penetralisir Dari kekuatan Bhuta
03 Mar 2019