<div> Abiansemal (14/07/2018)</div> <div> Alunan suara genta mengalun pada pagi hari menambah khusuknya suasana. Sabtu(14/7) bertempat di balai banjar Dirgahayu, desa Abiansemal.</div> <div>  </div> <div> Saniscara keliwon wuku klurut atau yang lebih populer dimasyarakat disebut tumpek klurut merupakan perayaan atau rerahinan yang dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan bali ini untuk memuja manifestasi Ida Sanghyang Widi Wasa sebagai Sanghyang Swara. Sanghyang swara dalam kehidupan sehari dalam masyarakat Hindu lebih ditekankan pada benda sakral yang biasanya dipakai mengiringi ritual upacara keagamaan. Salah satu benda sakral tersebut adalah gambelan/gong. Oleh karena itu di masyarakat tumpek klurut ada yang menyebut otonan gong. Perbedaan penyebutan tersebut pada hakekatnya adalah sama yaitu, sama sama mensakralkan keberadaan benda/gong tersebut. Maka dari itu oleh masyarakat dibuatkan upacakara.</div> <div>  </div> <div> Menurut kelian banjar adat Dirgahayu, Wayan Wikan Jaya, S.Pd,<em> "Upakara otonan gong dilaksanakan sebagai penyucian dan selamatan terhadap gamelan/gong yang dimiliki krama banjar."</em> Disampaikannya pula bahwa tumpek klurut sebagai wahana untuk introspeksi diri terhadap suara/bunyi/perkataan kita yang mungkin salah/khilaf dan kita bisa perbaiki ke arah yang lebih baik dan selalu mohon tuntunanNYA.(001/KIMABS)</div>
Tumpek Klurut, Ajang Introspeksi Diri Terhadap Perkataan
14 Jul 2018