<div> Abiansemal (06/05/2018)-</div> <div>  </div> <div> Meningkatnya perkembangan teknologi tidak sertamerta berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan masyarakat secara total. Kegiatan tradisional dan tanpa sentuhan teknologi modern masih kita jumpai. Salah satunya di sektor pertanian yaitu manyi(panen padi tradisional ala Bali-red)</div> <div>  </div> <div> Sore itu, matahari tidak begitu menyengat seperti saat siang hari. Wayan Jana, pemuda sederhana kelahiran banjar Purwakerta, Abiansemal ini dengan semangat ikut membantu orang tuanya manyi. Sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta ia masih mampu membagi waktu. Padi yang ia panen bukan lahan miliknya melainkan milik orang lain. Hal ini tidak menyurutkan niat pemuda ini untuk membantu orang tuanya, ditemui saat sedang  manyi, jumat(5/5) di carik uma Gerih<em>." Sawah niki bukan milik  titiang, kanggeang nyakap, hal ini  dilakukan karena sangat sulit mencari tenaga kerja lokal untuk panen. Beda, tidak seperti era 70an-80an,"</em> terangnya.</div> <div>  </div> <div> "Manyi merupakan warisan budaya  adiluhung karena di era kekinian sangat jarang kita temui. Secara tidak langsung kegiatan manyi berpengaruh terhadap sosio kultural masyarakat karena pada prinsifnya manyi berbasis pada budaya goyong royong dan diharapkan generasi muda berani untuk terjun dalam usaha pertanian," harap perbekel Abiansemal, Ida Bagus Bisma Wiratma,S.H saat dimintai tanggapannya terkait menurunnya minat  generasi muda dalam usaha pertanian. (001/KIMABS)</div>
Manyi Kini, Antara Tradisi, Budaya Dan Realita
06 May 2018