<p> Abiansemal - Menambah pendapatan keluarga sambil mengajegkan Agama Hindu dan budaya Bali, tidaklah sesulit apa yang kita bayangkan.Pan Kembung Sudiarta, salah satunya. Pria paruh baya yang sehari-hari menekuni kerajinan katik sate ini sangat gembira menyambut kedatangan kami di pondoknya sabtu (2/3) di banjar Purwakerta, Gerih, Abiansemal, Badung. "Durus-durus pak, ledangan antuk kawentenan genahe kosek pisan," sambil mempersilakan kami duduk. Di dalam areal rumah yang tak begitu luas inilah Pan Kembung dibantu istrinya menghabiskan sisa-sisa usia tuanya membuat katik sate. Penghasilannya pun tidak bisa dihitung pasti, kadang ada yang beli kadang tidak sama sekali. "Kanggeang angge ngentugin biaya ke dapur," sahutnya enteng karena ia tidak ingin hidupnya ruwet di tengah persaingan ekonomi seperti sekarang ini.Ia berharap ada pihak yang membantu kelangsungan atas usahanya. Menurut penuturannya ada beberapa faktor yang sedikit menghambat diantaranya, modal usaha dan pemasaran. Terkait bahan baku Pan Kembung mengaku masih banyak tersedia karena wilayah Gerih belum sepenuhnya dipakai untuk lahan perumahan "Yen dados antuk sarengin jebos ortang titiang ngadol katik sate," pinta Pan Kembung penuh harap.</p> <p>      Di tempat terpisah Perbekel Abiansemal menyambut positif menjamurnya usaha-usaha kecil ekonomi produktif di desa. Untuk mengatasi kendala-kendala yqng dialami, pihaknya menyarankan kepada pelaku usaha ekonomi kecil apapun bentuk usahanya agar menghimpun diri membentuk  kelompok usaha. Ada  pengurus dan anggota. Setelah kelompok usaha terbentuk lalu kukuhkan di tingkat desa dan kecamatan. Setelah dikukuhkan maka kelompok usaha dapat mengajukan bantuan kepada desa lewat musrenbangdes nanti sistem pencairan dana bantuannya, kalau di desa lewat APBDes kalau dari kabupaten berupa dana ibah," terang Perbekel. (001/kim)</p>
UEP, Langkah Strategis Desa Entaskan Kemiskinan
03 Apr 2018