<div> Abiansemal (08/12/2019)</div> <div> Sehari setelah merayakan hari suci Saraswati Umat Hindu sedharma melaksanakan Banyu Pinaruh. Banyu pinaruh berasal dari kata banyu yang artinya air (kehidupan), dan pinaruh yang berasal dari kata weruh atau pinih weruh. Weruh sendiri bermakna pengetahuan, sehingga dapat dikatakan banyu pinaruh adalah hari dimana kita memohon sumber air pengetahuan.</div> <div>  </div> <div> Banyu pinaruh berarti melakukan penglukatan dimana penglukatan dapat dilakukan di beberapa tempat seperti Sumber mata air (klebutan), Campuhan (pertemuan aliran sungai dan laut), Pantai, Merajan. Penglukatan sendiri dapat dipuput oleh Pandita, Pinandita/Pemangku, ataupun dilakukan sendiri langsung ke sumber-sumber mata air seperti klebutan, campuhan, maupun di pantai. </div> <div>  </div> <div> Sarana upacara atau Banten pengelukatan yang dapat digunakan yang paling sederhana adalah menggunakan canang sari atau pejati sebagai atur piuning/permakluman dalam memohon air suci. Selain pada tempat-tempat yang telah disebutkan diatas, jika tidak sempat juga bisa dilakukan dirumah. Semua itu dibenarkan oleh ajaran agama Hindu seperti yang tertuang dalam buku kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu I-XI.</div> <div>  </div> <div>  </div> <div> Jadi dapat disimpulkan Rahina Banyu Pinaruh adalah hari yang baik, hari dimana kita memohon sumber air pengetahuan untuk membersihkan kekotoran atau kegelapan pikiran (awidya) yang melekat dalam tubuh umat.  Seperti yang tertuang dalam   Bhagavad Gita IV.36. sumber :input bali (informasi seputar bali). (019/KIM ABS)</div>
Banyu Pinaruh Sehari Setelah Hari Raya Saraswati
08 Dec 2019