<div> Peselatan, itulah yang sering disebut oleh masyarakat Hindu di Bali dalam memperingati sehari sebelum Tumpek Wayang. Rainan (hari suci menurut Hindu) yang tahun ini jatuh pada hari Jumat tanggal 19 Juli 2013 dikisahkan dalam lontar Sudhamala bahwa Sang Hyang Kumara tengah dikejar-kejar oleh Bhuta Kala hingga Tumpek Wayang keesokan harinya tiba. Sang Hyang Kumara kemudian bersembunyi di bungbung gender wayang. Akibatnya Bhuta Kala tidak berhasil menadah Sang Hyang Kumara karena Bhuta Kala sudah mendapatkan banten pengeruwatan (sesajen) di samping gender wayang itu. Bhuta Kala hanya menyantap sesajen yang ada disebelah gender. Kemudian munculah Sang Hyang Kumara dari persembunyianya dan meminta tolong kepada dalang agar ia dibebaskan dari kejaran Bhuta Kala untuk selama-lamanya. Akhirnya, Bhuta Kala disomiya oleh Ki Dalang dan Sang Hyang Kumara pun dapat pengeruwatan agar terhindar dari bencana.</div> <div>  </div> <div> Kurang lebih begitu kisahnya. Masyarakat Bali percaya bahwa hari yang jatuh setiap enam bulan sekali ini merupakan hari keramat karena para bhuta kala (simbol energi negatif) sedang berkeliaran untuk menggoda manusia. Ada yang unik dari rainan peselatan ini. Umat Hindu Bali  membuat rangkaian yang terdiri dari pandan berduri, bawang, cabai dan pamor yang disusun sedemikian rupa untuk dipasang di masing-masing pintu kamar dan pintu masuk rumah.</div> <div>  </div> <div> Esensi dari rainan peselatan ini menyadarkan diri kita sebagai manusia ciptaan Tuhan untuk tetap menjaga diri dari segala macam marabahaya, termasuk nafsu dalam diri. Sedangkan makna dari rangkaian pandan medui tersebut dimaksudkan sebagai penolak bala atau penjaga agar segala jenis kekuatan negatif tidak menembus dan masuk untuk menggoda manusia. Masyarakat Hindu percaya bahwa hari peselatan ini memiliki unsur magis yang kuat sehingga dibuatnya rangkaian pandan medui di maksudkan untuk melindungi keluarga.</div> <div>  </div> <div> Dengan unsur kebudayaan dan ketekunan terhadap agama yang tinggi, masyarakat Bali mampu membentengi diri dari hal-hal yang bersifat negatif. Relevansinya terhadap kehidupan sekarang mungkin kita tidak lagi dikejar-kejar oleh Bhuta Kala “Leak”, namun segala jenis godaan yang berusaha mencoba menggoda umat ke jalan yang sesat..  Sehingga, dari rainan peselatan ini kita sebagai manusia diharapkan mampu untuk merefleksikan diri atas segala perbuatan yang telah dilakukan. Niscaya ketekunan dan keimanan kita akan menunjukkan jalan yang tepat bagi kita untuk melangkah, di tengah Rwa Binedha. (006/KIMABS)</div>
Makna Pandan Berduri Pada Tumpek Wayang
16 Nov 2019