<div> Kata Penjor tentu sudah terdengar tidak asing lagi. Biasanya penjor dapat ditemui di Bali ketika hari raya Galungan & Kuningan serta odalan-odalan di Pura. Penjor adalah simbol dari Naga Basukih, dimana Basukih berarti kesejahteraan dan kemakmuran.  Selain itu penjor juga merupakan simbul Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Umat Hindu khususnya di Bali biasanya ketika menyambut Hari Raya Galungan memasang penjor pada Hari Selasa Anggara warawuku Dungulan (Penampahan Galungan).</div> <div>  </div> <div> Penjor berasal dari kata Penjor, yang berarti Pengajum, atau Pengastawa, kalau dihilangkan huruf “ny” , menjadi kata benda yaitu Penyor yang berarti sebagai sarana untuk melaksanakan Pengastawa.</div> <div>  </div> <div> Bahan dari penjor sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya. Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Sanggah Penjor mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.</div> <div>  </div> <div> Dari beberapa unsur yang melengkapi penjor Galungan tersebut, memiliki makna atau simbol dari kekuatan Tuhan. Sehingga penjor untuk upacara, wajib memenuhinya dari perlengkapan tersebut, berikut perlengkapan penjor tersebut yaitu :</div> <div>  </div> <div> 1. Bambu, adalah simbol gunung dan gunung tempat stana para Ida Sang Hyang Widi dan juga sebagai simbol kekuatan Hyang Brahma</div> <div> 2. Bambu (tiying) dibungkus ambu/kasa, simbol kekuatan Dewa Maheswara Kain putih kuning, simbol kekuatan Dewa Iswara.  </div> <div> 3. Sampian, simbol kekuatan Dewa Parama Siwa Janur, simbol kekuatan Dewa Mahadewa. </div> <div> 4.Kue (jaja uli +gina), simbol kekuatan Dewa Brahma. </div> <div> 5. Kelapa, simbol kekuatan Dewa Rudra</div> <div> 6. Pala bungkah, pala gantung, simbol kekuatan Dewa Wisnu</div> <div> 7. Tebu, sebagai simbol kekuatan Dewa Sambu</div> <div> 8. Plawa, simbol kekuatan Dewa Sangkara</div> <div> 9. Sanggah Cucuk, simbol kekuatan Dewa Siwa</div> <div> 10. Lamak, simbol Tribhuana</div> <div> 11. Banten Upakara simbol kekuatan Dewa Sadha Siwa</div> <div> 12. Klukuh berisi pisang, tape dan jaja, simbol kekuatan Dewa Boga</div> <div> 13. Ubag-abig, simbol Rare Angon</div> <div> 14. Hiasan cili, simbol widyadari</div> <div> 15. Tamiang, sebagai simbol penolak bala atau kejahatanan.</div> <div>  </div> <div> Memasang Penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih kita atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan). Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Shang Hyang Widhi Wasa.</div> <div> Sumber:parisada.com</div>
Filosofi dan Makna Penjor.
26 Sep 2018