<div> (22/09/2018)</div> <div> Upacara Tumpak Wayang mengandung makna hari kesenian, karena pada hari itu dipercaya lahirnya berbagai jenis alat seni dan kesenian seperti gong, gender,wayang , barong, dll. Dewa yang dipuja adalah Sang Hyang Iswara, apapun permohonan doa kepada Sang Hyang Iswara ini apabila saat melakukan pertunjukan-pertunjukan seni agar selamat dan sukses tidak ada aral melintang juga kendala yang berarti dan menarik hati bagi para penonton. Upacara ini diperingati setiap Sabtu/Saniscara Kliwon Wuku Wayang, 6 bulan (210 hari) sekali yang merupakan rentetan dari Hari Haya Galungan. Namun ada hal yang lebih menarik di Bali berkenaan dengan hari tumpak wayang ini, apabila anak lahir pada hari yang sama waktu wuku wayang maka dianggap keramat. Umat Hindu meyakini bahwa anak yang dilahirkan pada hari tersebut patut diselenggarakan upacara lukatan besar yang disebut sapuh leger, agar anak yang baru dilahirkan itu terhindar dari gangguan (buruan) Dewa Kala. Khususnya masyarakat Desa Abiansemal merayakan hari saniscara kliwon wuku wayang yaitu hari Tumpek Wayang dengan mengaturkan "Sesuwek" atau daun pandan yang berduri yang diletakan di pelinggih-pelinggih Sanggah/Merajan,di depan pintu rumah,atau ditempat yang disakralkan upacara ini dilakukan sehari sebelum tumpek wayang.</div> <div>  </div> <div> Perbekel Abiansemal Ida Bagus Bisma Wiratma,S.H merasa senang dan bersyukur atas antusias masyarakat Desa Abiansemal dalam melaksanakan upacara Tumpek Wayang.<em>" Dengan dilakukannya pelaksanaan upacara Tumpek Wayang ini diharapkan dapat mengharmoniskan Alam beserta isinya "</em> katanya (020/KIMABS)</div>
Mengenal Lebih Jauh Makna Upacara Tumpek Wayang
23 Sep 2018